Daftar Isi
Cara Menghitung Bep Dan Hpp
Setiap bisnis pasti memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, bisnis harus mampu mengelola dan menghitung biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan penjualan. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah Break Even Point (BEP) dan Harga Pokok Produksi (HPP). Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang Cara Menghitung Bep Dan Hpp.
Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) adalah titik impas atau titik nol laba. Artinya, pada titik ini, pendapatan yang diperoleh sama dengan total biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini, bisnis tidak mengalami keuntungan atau kerugian. BEP bisa dihitung dengan rumus berikut:
BEP = Total Biaya Tetap / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)
Dalam rumus tersebut, biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun jumlah produksi meningkat atau menurun. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah tergantung pada jumlah produksi.
Sebagai contoh, sebuah bisnis menjual produk dengan harga Rp 20.000 per unit. Biaya variabel per unit adalah Rp 10.000 dan total biaya tetap adalah Rp 100.000. Maka, BEP dapat dihitung sebagai berikut:
BEP = Rp 100.000 / (Rp 20.000 – Rp 10.000) = 10 unit
Artinya, bisnis harus menjual minimal 10 unit produk untuk mencapai titik impas. Jika produksi dan penjualan di atas 10 unit, bisnis akan memperoleh keuntungan. Namun, jika produksi dan penjualan di bawah 10 unit, bisnis akan mengalami kerugian.
Harga Pokok Produksi (HPP)
Harga Pokok Produksi (HPP) adalah biaya total yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit produk. HPP penting untuk diketahui karena akan menentukan harga jual yang tepat agar bisnis dapat memperoleh keuntungan. HPP dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
HPP = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik
Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku atau bahan mentah yang dibutuhkan dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja yang langsung terlibat dalam proses produksi. Biaya overhead pabrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai operasional pabrik seperti biaya listrik, air, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh, sebuah bisnis memproduksi produk A dengan biaya bahan baku Rp 5.000 per unit, biaya tenaga kerja langsung Rp 7.000 per unit, dan biaya overhead pabrik Rp 3.000 per unit. Maka, HPP dapat dihitung sebagai berikut:
HPP = Rp 5.000 + Rp 7.000 + Rp 3.000 = Rp 15.000 per unit
Dalam hal ini, bisnis dapat menentukan harga jual produk A dengan menghitung keuntungan yang diinginkan. Misalnya, bisnis ingin memperoleh keuntungan 20% dari harga jual, maka harga jual produk A dapat dihitung sebagai berikut:
Harga Jual = (HPP ÷ (1 – Margin Keuntungan))
Margin keuntungan dihitung sebagai persentase dari harga jual yang diinginkan. Dalam contoh ini, margin keuntungan adalah 20%, sehingga harga jual produk A dapat dihitung sebagai berikut:
Harga Jual = (Rp 15.000 ÷ (1 – 0,20)) = Rp 18.750
Artinya, bisnis dapat menjual produk A dengan harga Rp 18.750 per unit untuk memperoleh keuntungan 20% dari harga jual.
Kesimpulan
Break Even Point (BEP) dan Harga Pokok Produksi (HPP) adalah dua hal yang penting untuk diketahui dalam mengelola bisnis. BEP menentukan jumlah minimal produksi dan penjualan agar bisnis dapat mencapai titik impas atau titik nol laba. Sedangkan HPP menentukan biaya total yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit produk, sehingga bisnis dapat menentukan harga jual yang tepat untuk memperoleh keuntungan. Dalam menghitung BEP dan HPP, perlu diperhatikan biaya tetap, biaya variabel, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai Cara Menghitung Bep Dan Hpp. Terima kasih telah membaca artikel ini dan sampai jumpa kembali di artikel menarik BicaraFakta.com lainnya.